Beranda | Artikel
Hakikat Ibadah
Rabu, 29 April 2015

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اَلرَّزَّاقُ ذُوْ القُوَّةِ المَتِيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِيْنٍ، فَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اليَقِيْنُ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ، وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ .

Ayyuhal mukminun ibadallah,

Ibadalah adalah ekspresi cinta seorang hamba kepada Allah. Ibadah adalah keinginan seorang hamba mencari ridha tuannya, Allah ﷻ. Karena ibadah inilah Allah ciptakan makhluk-makhluk. Jin dan manusia. Dan untuk hal itu pula Allah ﷻ utus rasul-rasul-Nya. Allah ﷻ berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS: Adz-Dzaariyat | Ayat: 56).

Dalam firman-Nya yang lain,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah.” (QS: An-Nahl | Ayat: 36).

Dan firman-Nya,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS: Al-Anbiyaa | Ayat: 25).

Dan masih banyak ayat-ayat semakna yang menjelaskan bahwa tujuan rasul-rasul diutus adalah agar Allah disembah.

Ayyuhal mukminun ibadallah,

Ibadah adalah sebab utama yang mendatangkan kebahagiaan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada kehidupan yang nyaman dan bahagia di dunia dan di akhirat kelak kecuali dengan merealisasikan peribadatan kepada Allah. Peribadatan yang merupakan hak Allah atas hamba-hamba-Nya.

Ayyuhal mukminun,

Hidup manusia seluruhnya adalah memperbaiki hubungannya dengan Allah dengan sesempurna mungkin. Sebagaimana firman-Nya ﷻ,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS: Al-An’am | Ayat: 162-163).

Ayyuhal mukminun,

Ibadah bukanlah sebatas dalam bentuk ritual tertentu saja. Atau hanya dalam masjid saja. Ibadah bersifat lebih luas dan lebih umum dari itu. Ibadah itu mencakup apa yang ada di hati, di lisan, dan anggota badan. Allah ﷻ berfirman,

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (QS: Al-Baqarah | Ayat: 177).

Beriman kepada Allah dengan segala yang Dia perintahkan. Dan keimanan adalah pondasi dan pilar-pilar ibadah. Allah ﷻ berfirman,

وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS: Al-Maidah | Ayat: 5).

Ibadah itu mencakup semua bentuk penghambaan seseorang baik berupa amalan hati yang bisa mendorong seseorang untuk menaati Allah. Beribadah kepada-Nya. Dan ridha kepada-Nya. Seperti mencintai Allah. Takut kepada-Nya. Sabar atasu ketetapan-Nya. Tawakal dan ridha kepada-Nya. Berharap dan bertaubat kepada-Nya. Dan bentuk-bentuk ibadah hati lainnya. Semuanya itu masuk dalam cakupan ibadah.

Ibadallah,

Ibadah juga meliputi ibadah lisan. Ibadah lisan yang paling agung adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Karena inilah pokok dan dasar ibadah itu dibangun. Kemudian perkataan-perkataan yang baik. Perkataan-perkataan yang benar. Yang dikatakan seseorang sebagai perantara yang mendekatkan seseorang kepada Allah ﷻ. Demikian juga membaca Alquran. Mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. Berdakwah di jalan Allah. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Semua itu termasuk ibadah.

Ayyuhal mukminun,

Demikian pula dengan amalan anggota badan yang dilakukan seseorang untuk mendekatkan dirinya kepada Allah ﷻ, itu adalah ibadah. Seperti: shalat, berpuasa, haji, berbuat kebajikan, dan perbuatan-perbuatan lainnya yang Allah cintai. Itu semua adalah ibadah.

Termasuk juga ibadah adalah menginfakkan harta untuk zakat, sedekah, dan memberi nafkah yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Zakat yang Allah wajibkan adalah ibadah. Sedekah yang Allah anjurkan juga ibadah. Menolong orang yang memerlukan. Membantu orang miskin atau janda-janda, dll. yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah ibadah. Dalam ash-Shahih, dari Saad radhiallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةَ تَجْعَلُهَا فِي فِيّ امْرَأَتِكَ

“Sesungguhnya apa yang kamu nafkahkan dengan maksud untuk mencari ridha Alah pasti kamu diberi pahala, termasuk apa yang dimakan oleh istrimu.”

Jika Anda menafkahi istri dan anak-anak Anda dan semangat bekerja untuk menghidupi mereka dan berbuat baik kepada mereka dengan meniatkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berharap pahala dari-Nya, maka yang demikian itu termasuk ibadah. Allah akan memberikan Anda ganjaran pahala yang besar di sisi-Nya.

Ibadallah,

Termasuk ibadah juga adalah seseorang merealisasikan apa yang Allah ﷻ wajibkan kepadanya. Melakukan kebaikan dengan berbagai macam bentuknya kepada sesama makhluk. Menyambung silaturahmi. Menjaga hak-hak tetangga. Berbuat baik kepada manusia secara umum. Membantu orang yang butuh, dll. semua itu adalah ibadah yang mendekatkan seseorang kepada Allah ﷻ.

Bahkan termasuk perakra-perkara yang Allah ﷻ bolehkan kepada para hamba-Nya bisa menjadi ibadah jika niatnya baik. Jika Anda makan, minum, tidur, Anda meniatkannya untuk membantu dalam berbuat kebaikan dan menaati Allah, maka Anda mendapatkan pahala dengan makan, minum, dan tidur tersebut.

Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan bahwa Abu Dzar radhiallahu ‘anhu bertanya kepada Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu tentang membaca Alquran. Abu Dzar berkata,

أَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ فَأَقُومُ وَقَدْ قَضَيْتُ جُزْئِي مِنْ النَّوْمِ فَأَقْرَأُ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِي فَأَحْتَسِبُ نَوْمَتِي كَمَا أَحْتَسِبُ قَوْمَتِي

“Aku tidur di awal malam kemudian aku shalat (di pertengahan atau akhir malam pen.). Aku telah tidur di sebagian malam. Kemudian aku membaca apa yang Allah perintahkan kepadaku (dalam shalat). Aku berharap pahala dengan tidurku sebagaimana aku berharap pahala dengan shalatku.”

Jadi Abu Dzar meniatkan tidurnya untuk membantunya dalam shalat malam. Agar tidak ngantuk dan konsentrasi dalam shalat. Dengan demikian tidur bisa mendapatkan pahala. Makan bisa mendapatkan pahala. Minum juga bisa mendapatkan pahala. Jika diniatkan untuk membantu berbuat kebajikan. Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amalan itu tergantung dengan niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.”

Ayyuhal mukminun ibadallah,

Seseorang menjauhi suatu dosa dan hal-hal yang diharamkan, mengharap ridha Allah, maka hal ini juga termasuk ibadah. Apabila orang yang beriman menjauhi zina, mencuri, menipu, berdusta, berkhianat, dll. karena takut kepada Allah dan mengharapkan pahala di sisi-Nya, maka ia telah melakukan suatu ibadah yang Allah beri balasan pahala. Di dalam ash-Shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, Allah ﷻ berfirman kepada malaikat pencatat amal,

إِذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي – وهذا موضع الشاهد – فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً

“Jika hamba-Ku berniat melakukan kesalahan, maka janganlah kalian menulis kesalahan itu sampai ia (benar-benar) mengerjakannya. Jika ia sudah mengerjakannya, maka tulislah sesuai dengan perbuatannya. Jika ia meninggalkan kesalahan tersebut karena Aku, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Jika ia ingin mengerjakan kebaikan namun tidak mengerjakannya, tulislah sebagai kebaikan untuknya. Jika ia mengerjakan kebaikan tersebut, tulislah baginya sepuluh kali kebaikannya itu hingga tujuh ratus (kebaikan).”

Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram dan menjauhi perbuatan dosa karena takut kepada Allah dan berharap pahala dari-Nya, maka hal itu dicatat sebagai kebaikan dan ketaatan. Allah ﷻ akan membalasnya dengan pahala dan ganjaran yang besar.

Dengan demikian, jelaslah bagi kita, seorang mukmin yang memiliki niat yang baik, mencontoh Rasulullah ﷺ sepanjang hidupnya, maka ia telah mengisi umurnya dengan ibadah. Ia juga telah merealisasikan firman Allah ﷻ,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS: Al-Hijr | Ayat: 99).

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ- اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى.

Ibadallah,

Setelah kita mengetahui cakupan ibadah, maka penting bagi kita untuk mengetahui syarat diterimanya ibadah. Syarat diterimanya ibadah seseorang ada dua: niatnya ikhlas karena Allah dan mengikuti contoh praktik Rasulullah ﷺ. Allah ﷻ berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS: Al-Kahfi | Ayat: 110).

Pilar ibadah yang mesti ada di hati seorang hamba ketika ia melakukan ibadah adalah rasa cinta kepada Allah, berharap pahala dari-Nya, dan takut akan adzab-Nya. Allah ﷻ menyebutkan pilar ibadah ini dalam firman-Nya,

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS: Al-Israa’ | Ayat: 57).

Kita memohon kepada Allah ﷻ. Senantiasa memohon pertolongan dan bantuan-Nya dalam mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan beribadah dengan baik kepada-Nya.

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَعَاكُمُ اللهُ- عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرٍ الصِدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ وَرِضَاكَ.

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعِفَّةَ وَالغِنَى، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَامْكُرْ لَنَا وَلَا تُمْكِرْ عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرْ الهُدَى لَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَكَ شَاكِرِيْنَ، لَكَ ذَاكِرِيْنَ، إِلَيْكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ، لَكَ مُخْبِتِيْنَ، لَكَ مُطِيْعِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا، وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا، وَاهْدِ قُلُوْبَنَا، وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا، وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ صُدُوْرِنَا. اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا، وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.

اَللَّهُمَّ أَعْطِنَا وَلَا تَحْرِمْنَا وَزِدْنَا وَلَا تَنْقُصْنَا وَآثِرْنَا وَلَا تُؤْثِرْ عَلَيْنَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/3355-hakikat-ibadah.html